Kembali ke Sumba
Setelah melewati proses berpikir yang cukup panjang. Akhirnya saya memutuskan untuk balik ke Sumba lagi. Melihat Sumba di musim hujan. Selain itu, juga dapat kabar bahwa Pasola akan diadakan bulan Februari sekitar tgl 13-14. Berpikir keras. Bagaimana bisa 'menghilang' dari kantor. Ah, kalau masalah menghilang itu gampang, yang penting niat atau nggak itu aja. Setelah memberi kabar, ternyata bukan hanya saya saja yang berkunjung 'menengok' si teman jauh ini. Ada beberapa orang lagi. Dan mereka ini cukup membuat saya surprise. Dijemput dibandara, dengan jadwal yang seperti biasanya. Ternyata sudah ada satu orang yang tiba di Waingapu. Teman satu kampusnya bu dokter. Sambil menuju jalan pulang, bu dokter juga menyampaikan kalau masih ada dua orang lagi yang akan datang. Cukup kaget, apalagi ketika tau yang bakal nyusul adalah teman kami berdua saat di Lombok dulu. Hahahahahaha.......rame dah. Memang bu dokter satu pandai 'meracuni' orang. Saya tanya, kapan mereka datang? Besok, tapi ketemu langsung di Waikabubak (Sumba Barat). Karena acara Pasola yang akan kami lihat tempatnya ada di Kodi, Sumba Barat Daya.

"Ritual" acara hari itu seperti biasa, berkunjung ke pantai Purukambera. Eh tapi sebelum menuju kesana, kami ke salah satu bendungan. Belum jadi tujuan wisata, tapi tempatnya menarik. Dikelilingi perbukitan kapur yang sudah menghijau. Musim hujan, tapi tetep panasnya juara banget disini. Tempat yang luas. Seperti biasa berpikir tentang sunset "Kalau sunset bagus nih" "Sunrise juga pasti cakep", masalahnya adalah, apa iya saya mau pagi-pagi buta nongkrong disini. Mending tidur dah ketauan. Tukang jalan pemalas. Kecuali, saya menginap di sekitar lokasi, bolehlah habis subuh main kesini. Bendungan Kambaniru, Lambanapu, Waingapu. Mungkin beberapa waktu kedepan seiring dengan semakin ramainya (semoga) wisatawan yang berkunjung ke Sumba akan menjadikan tempat ini sebagai salah satu tujuan wisata di Waingapu. Lumayankan? Setelah puas berfoto-foto, dan hari juga semakin sore, karena perjalanan selanjutnya masih cukup jauh. Menuju Purukambera, seperti destinasi wajib bagi orang yang ke Waingapu. Tempatnya memang nyaman sih, gak rame tapi gak sepi juga. Ada cafe, jadi bisa ngopi-ngopi, ngeteh, baca koran, ngerumpi, menghabiskan senja.
Purukambera lagi? Sayangnya begitu sampai disana, pantainya lagi keruh, mungkin habis hujan, dan ombaknya juga gak setenang seperti waktu saya kemari tahun lalu. Perjalanan menuju Purukambera, benar-benar memanjakan mata. Kalau sebelumnya saya hanya melihat padang rumput yang coklat meranggas, kini padang rumput itu sudah menghijau. Sapi dan kuda-kuda sudah menggemuk kembali. Stock makanan mereka sudah tersedia kembali..

Pantai Pero, Kodi, pantai setengah berkarang setengah berpasir. Meski berkarang tapi masih bisa ditumbuhi rumput. Jadi setengah hijau, setengah coklat, setengah putih karena pasir. Waktu menunjukkan pukul empat sore, artinya waktu nunggu matahari terbenam masih lama. Kami berpencar, mencari lokasi buat foto-foto. Mereka sibuk selfie, saya sibuk foto yang lain.
Formasi berlima, dengan para wanita jagoan. Eh berenam dengan Tedong, si boneka beruang. Sambil nunggu sunset. Meski hari itu langit tampak berawan, Jadi kemungkinan bisa dapat matahari bulat adalah tidak mungkin. Tapi tetap tidak mengurangi keindahan pantai ini. Sunset tetap bisa kami nikmati. Setelah foto bareng-bareng, saya pun kembali menikmati dunia saya sendiri. Maaf yah, sempat dicuekin.
Hari semakin sore, matahari semakin meredup, tapi pemandangan disekitar pantai tetaplah indah. Pantai Pero ini sepertinya menjadi pantai yang sering dikunjungi oleh penduduk sekitar. Jangan kira pantai ini sepi dari pengunjung. Saat kami tiba, suasana cukup ramai dan semakin lama semakin ramai. Mungkin hanya pantai ini tempat hiburan mereka disaat sore. Setelah mendapat apa yang saya inginkan, apalagi kalau bukan liat sunset, kami pun berkemas untuk balik ke hotel. Karena hari semakin gelap, agak gak nyaman juga sih, secara jalan akan kita lalui nanti cukup sepi dan gelap. Secara itu mobil isinya cewek semua. Insya Allah sih aman-aman saja.
Pasola. Jujur sih, dari sekian banyak tempat yang saya kunjungi, baru kali ini saya melihat sebuah acara tradisional secara langsung. Menarik, melihat para pendekar saling 'perang-perangan' menggunakan tombak/lebing sebagai senjata. Saling lempar, saling serang diatas kuda yang dipacu cukup kencang. Kami sengaja berangkat subuh dari hotel, agar bisa mendapat tempat strategis untuk menonton. Tribun yang alakadarnya. Itu pun kami tidak berlama-lama, yang penting cukup tau saja. Ternyata acara adat ini cukup ramai juga. Tiba-tiba saja lapangan tempat acara Pasola sudah ramai oleh penduduk sekitar yang ingin menonton. Ketika suasana semakin ramai, maka saat itulah kami bersiap melanjutkan perjalanan lagi. Kemana? Kemana lagi kalau bukan ke Weekuri dan Mandorak. Hey....kami kembali.
Sebenarnya banyak tempat wisata di Sumba Barat atau Sumba Barat Daya, hanya saja akses menuju kesananya, katanya tidak bisa ditembus dengan mobil biasa. Rusak parah, apalagi kalau pas hujan, cukup berbahaya. Yaa, saya juga gak mau ambil resiko, apalagi bawa anak orang. Jadi mending ketempat-tempat yang aman saja. Meski sudah pernah ke Weekuri, tetap saja kami pakai nyasar, kelolosan, salah jalan. Kalau dulu, jalannya masih keliatan karena semaknya belum tumbuh. Sekarang, jalanan sudah tertutup dengan semak dan rumput yang menjulang. Si pendatang baru semoga gak bete, karena tempat yang dituju nyaris gak ketemu. Tapi, saya yakin setelah melihat TKP yang bernama Weekuri, pasti langsung senang.





Salam perpisahan yang cantik. Bye, Sumba. Terima kasih untuk semua tempat-tempat cantikmu. Semoga masih ada waktu dan kesempatan untuk melihatmu kembali. Si 'pendiam' yang cantik. Semoga keindahanmu tetap terjaga yah.....
Btw kalian berempat ini perlu diperkenalkan gak sih?
Komentar
Posting Komentar