Bermain di Ujung Pelangi; Balekambang (Malang)

Hai Malang...., nyampe sini juga. Haruslah, kan masih dekat. Malang, siapa yang gak kenal kota Apel ini dan kota paling asik buat kuliah/sekolah. Tempat tenang, dingin, dan bersahabat. Indonesialah yaaa.... Perjalanan ke Malang kali ini, entah kenapa selalu inginnya ke Balekambang. Beberapa kali mampir Malang, dua kali mampir Balekambang, padahal sebenarnya tempat bagus di Malang ini banyak. 

Ke Balekambang pertama kali itu, karena iseng. Nyampe Malang, langsung sewa motor, padahal gak tau  itu tempat seberapa jauhnya. Menurut info sih hanya 2 jam dari kota Malangnya. Hmmmm, hajarlah kalau cuma 2 jam mah deket. Dari Surabaya berangkat pagi naik Bima. Sampai sekitar jam 8an, sarapan dulu nasi rawon di sekitar stasiun. Setelah itu, saya langsung  dijemput oleh yang punya sewa motor, buat ngambil motor.  Jam 10 pagi saya cabut dari Malang, berbekal Google Map, Alhamdulillah yah bisa baca peta, meski kadang suka kebalik utara mana selatan mana, tapi gak sampe nyasar jauh sih. 

Sampai Balekambang sekitar jam 12 siang. Panas cyiinnn...... Memang sangat tidak dianjurkan ke pantai siang bolong. Apalagi anda bukan turis asing, yang doyan berjemur. Tapi karena masih banyak pohon, masih ademlah, banyak angin. Sambil nunggu matahari turun dikit, saya pun ngambil beberapa foto, meski hasilnya gak maksimal. Maklum tukang foto amatir. Bengong dipinggir pantai dengan ombak yang cukup besar siang itu. Seperti biasa, berpikir lagi tentang sunrise dan sunset. Meski bukan pantai barat, dua peristiwa itu pasti cakep kalau dilihat dari pantai ini. Setengah dua siang, saya pulang, hari masih sangat panas, tapi tidak mungkin saya tunggu sampai sore, karena malam ini saya harus sampai Surabaya lagi.  Menerabas panasnya jalan, gak berasa kalau kulit sudah terbakar, seperti kepiting rebus. Itu sebab kenapa diawal saya bilang tanpa persiapan. Karena hanya memakai rompi, bukan jaket atau lengan panjang. Dan ternyata Malang panas yah.....

Perjalanan kedua kali ini sudah pasti dengan persiapan. Tetep lebih asik naik motor. Awalnya mau sewa, tapi alhamdulillah rejeki tukang jalan yang baik hati, saya dapat pinjaman motor dari teman yang sangat baik hati juga. Makasih Makcit, perlu dikenalkan jugakah disini?  Berbahagialah kalian yang punya banyak teman yang tersebar merata di seluruh Indonesia. Tetap jaga tali silahturahmi dengan mereka. Kemana-kemana gampang. Berangkat sekitar jam 2 siang.  Sampai jam setengah empat, masalah jalan, kadang bagus kadang batu, kadang lurus kadang menanjak kadang menurun. Seperti hidup ini. Ngoklah. 

Dapat apa kedatangan yang kedua ini? Dapat banyak. Setelah mencari-cari penginapan, belum banyak pilihan. Ya sudahlah, gak usah repot kalau hanya soal tempat tidur. Matahari sudah tidak terlalu menyengat, saatnya menunggu matahari tenggelam. Ada tiga pulau yang bisa kita jumpai di Balekambang ini, Pulau Ismoyo, Pulau Anoman dan pulau Wisanggeni. Di atas Pulau Ismoyo ini ada Pura yang akan ramai pada bulan Suro. Pura ini terkadang identik dengan Tanah Lot di Bali. Banyak yang bilang Balekambang ini Tanah Lot-nya Jawa.
Ditempat cakep gini menunggu sunset itu jadi asik. Yaa, masak nunggu jodoh. Keliatanlah ya tukang jalannya jomblo banget. Sore itu Balekambang memang tidak terlalu ramai, mungkin karena bukan hari libur. Tapi malah enak, sepi. Jadi bisa ambil foto sepuas-puasnya. Hari sudah gelap. Waktunya kembali ke penginapan. Karena saat itu bukanlah hari libur maka, penginapannya sepi. Hanya saya sendiri tamunya. Jadi berasa yang punya penginapan.    

Dapat apa lagi di Balekambang? Dapat penginapan yang aneh. Lebih tepat buat uji nyali. Bertarif 200 ribu yang sangat apa adanya. Hanya tempat tidur dengan kasur tipis, kalau mau bolak balik badan harus pelan-pelan, takut roboh saya. Lantainya hanya semen yang setengah halus setengah kasar. Pas malam listrik padam, hahaha wasallam dah, dan uji nyali pun dimulai. Satu hal yang saya 'incar' di tempat ini. Pengen foto bintang, (milkyway, kalau dapat) berharap cuaca cerah sampai dini hari nanti.   Karena bintang akan terlihat banyak dan jelas saat dini hari dan harus didukung dengan cuaca cerah alias tidak berawan. Jam 2 dini hari, hujan sempat turun di Balekambang, gak deras, tapi berharap jangan lama-lama. Doa pun dimulai. Dan memang benar, berdoa di sepertiga malam itu lebih afdol. Jam 3 subuh, hujan pun berhenti. Ditunjang dengan mati lampu, suasana dini hari ini itu super gelap. Tapi bintang membuat malam itu menjadi terang. Sayang saya gak bisa ke pantai, karena pas mau keluar dari halaman penginapan, pagarnya tergembok. Ya, masak mau lompat pagar. Alhasil jepret bintangnya dari halaman saja. 


"Setiap kali aku rindu padamu...
Aku mengambil satu bintang di langit
Jika kelak kau dapati langit gelap tak berbintang
Itu semua salahmu
Kamu membuat rindu ini terlalu banyak"



Pagi menjelang, langit cerah. Waktu di Balekambang tinggal sebentar lagi. Alias waktunya kembali ke realita. Menggalaunya cukup semalam aja. Bukan menggalau, tapi menenangkan kepala.  Waktu menunjukkan pukul 6 pagi. Matahari masih malas untuk keluar lebih tinggi. Sama seperti saya, masih malas kembali ke realita. Masih pengen tidur katanya. Saatnya melihat Balekambang di hari pagi. Udara sejuk, pantai masih sepi. Langit merona agak-agak ngepink. Mungkin pantai ini lagi senang dapat kunjungan dari saya mungkin karena mau difoto. Ternyata bukan orang saja yang bisa narsis. Alam pun terkadang suka narsis. Dan selalu 'tersenyum' kalau di foto. Dan saya senang bisa mengabadikan setiap ke'narsis'an mereka. Jangan percaya foto saya. Lihat langsung saja saja ke Balekambang. Kalau bisa saat pagi, asal jangan saat musim hujan. Tapi mau dalam kondisi cuaca seperti apapun, tempat ini tetaplah cantik. Sayangnya pengelolaannya masih suka-sukanya saja. Terutama mengenai penginapan. Padahal kalau dikelola lebih baik lagi pasti lebih nyaman. Tapi biarkan saja seperti ini. Gak baik kalau terlalu mewah. Soalnya saya sebagai kaum pejalan sederhana pasti akan kerepotan masalah budget. Minim cyiiinnnn......

Fotonya sama semua. Semoga gak ada yang protes seperti itu. Maklum, hanya ada saya dan kamera saat itu. Jadi mainnya yaaa bareng benda itu saja.

Cukup sampai disini dulu ya cerita tentang Balekambangnya, kalau ada waktu semoga bisa cerita tentang Malang dengan latar yang berbeda. Sampai ketemu lagi di Ujung Pelangi yang berbeda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Enjoy Jakarta] Bermain Diujung Pelangi (Pulau Tidung)

BAHWA HIDUP ADALAH ....

ARIAH , Ketika Mimpiku Diwujudkan